Friday, December 23, 2011

Menemukan yang Terhilang

Ada seorang gembala yang memiliki 100 ekor domba. Setiap dombanya ia kenal dengan baik. Ia memberi nama kepada setiap dombanya, meski bagi kita semua domba sama, namun bagi dia, setiap domba spesial. Dalam kerumunan besar ia tahu membedakan mana domba yang satu dengan yang lain. Ia bersahabat dengan domba-dombanya. Setiap hari tidak sedetikpun ia melepaskan pandangandan pengawasannya atas domba-domba kesayangannya.

Ia penjaga yang setia. Ia senantiasa membawa gerombolan domba-dombanya itu ke padang ruput yang hijau, yang segar, dan senantiasa menggiring domba-dombanya ke aliran air yang terbaik. Dengan tongkatnya ia halau serigala-serigala, dengan tangannya dan dengan bertaruh nyawa ia melindungi domba-dombanya. Dibawah pohon rindang dia duduk melepas letih dan domba-dombanya meringkuk beristirahat tenang seperti saat domba-domba ini dalam pelukan induk mereka. Tidak ada yang perlu ditakutkan dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena penjaga mereka tidak tertidur.

Mereka mengenal suara sang gembala, saat sang gembala memanggil, domba-domba itu mendekat dan mengikuti. Dengan satu perkataan domba-domba ini dibawa mengiring tiap jejak-jejak langkah. Karena mengenal sang gembala, terkadang tanpa kata-kata, rombongan domba-domba ini mengikuti kemanapun sang gembala itu pergi.

Namun ada saat seekor domba tertarik dengan sesuatu, mungkin saja seekor kupu-kupu cantik. Diikutinyalah kemana kupu-kupu itu terbang. Lupa dengan sang gembala, si domba kecil ini terbuai indang kepak sayap dan jelita sang kupu-kupu. Hingga satu waktu, kupu-kupu itu terbang menjauh dan tak lagi dapat terkejar. Si domba kecil barulah menyadari dirinya tersesat. kupu-kupu itu telah membawanya ke tempat yang ia tidak ketahui, tempat yang belum pernah ia jelajahi bersama sang gembala. Meski tempat itu indah, namun tanpa kehadiran sang gembala segala sesuatunya berbeda, tampak lebih mengkhawatirkan. Perasaan yang tidak pernah ia tahu selama ia berada dalam dekap erat sang gembala. Kini ia merasa sendiri, kesepian, ketakutan, dan tersesat.

Di tempat lain, sang gembala mengerti ada yang sesuatu yang tidak baik sedang terjadi, ada domba yang hilang. Ia bergegas menghitung dan melihat kedalam kerumunan, dan segera ia menyadari si domba kecil telah hilang dari kerumunan. Segera ia ambil tongkatnya berlari bergegas. Berdoa dan berharap bahwa sesuatu yang buruk tidak terjadi, tidak peduli nafas yang memburu, dan dan peluh yang menetes ia berlari mencari. Ke lembah-lembah yang dalam, ke tebing-teping curam ia mencari.

Si domba kecil menangis di suatu tempat, berteriak meminta tolong...

99 domba tetap berkerumun, tinggal dalam kenyamanan mereka, berpesta rumput-rumput terbaik, menikmati air yang jernih. Tidak menyadari sang gembala telah pergi. Mereka lupa bahwa perlindungan hanya ada saat kehadiran sang gembala. Mereka terlena, dan tidak lagi mengiring langkah sang gembala. Mereka terbuai dengan rasa puas, rasa tenang, rasa damai. Padahal mereka dulu tahu penyediaan rumput terbaik ada saat mereka mengikuti jejak langkah sang gembala.

Si domba kecil berteriak meminta tolong, mengharapkan jawaban.

99 domba bersorak dalam pesta kenyamanan.

Sang gembala tanpa letih mencari.

Hingga sayup terdengar jeritan si domba kecil, bergegas, berlari menghampiri sumber suara, meski kerikil-kerikil tajam terjejak, perih dan pedih tak lagi dirasa, demi si domba kecil. Tiap pikiran buruk yang ia pikirkan luruh saat ia melihat si domba kecil tampak sehat hanya tampak ketakutan. segera ia dekap erat si domba kecil. "Tenang domba kecilku, tak perlu engkau takut, aku datang, tidak perlu kau khawatir engkau dalam dekapku"

Ia datang dengan cinta, datang untuk menyelamatkan...
Ia menolong yang membutuhkan pertolongan...
Ia membalut luka mereka yang sakit...
Ia membasuh mereka kotor...
Ia memberi ketenangan pada mereka yang ketakutan...
Ia mendekap mereka yang tertolak dan terbuang...
BagiNya engkau berharga...

Melangkah keluar dari perapian unggun, biar tiap bilah kayu membawa api dan menjadi suluh dalam gelap hingga gelap sirna dari dunia. Panggilan menjadi terang bukan untuk bersinar dalam terang namun menyinari dalam gelap, menjangkau yang terhilang...

No comments:

Post a Comment